Beranda | Artikel
Rububiyyah dan Ubudiyyah yang Bersifat Umum dan Khusus (Bag. 1)
Selasa, 4 Desember 2018

Di antara dua kata yang sering kita jumpai dalam Al-Qur’an adalah kata “Rabb” (rububiyyah) yang merupakan sifat Allah Ta’ala dan kata “al-‘abdu atau ‘ubudiyyah” (penghambaan) yang merupakan sifat dari hamba-hamba Allah Ta’ala. Lalu apa maksud keduanya?

Rububiyyah (ketuhanan) yang bersifat umum dan khusus

Ketika kita menggali ayat-ayat Al-Qur’an dan menjumpai ayat-ayat yang berbicara tentang rububiyyah Allah Ta’ala terhadap para hamba-Nya, perlu diketahui bahwa rububiyyah tersebut mengandung dua pengertian makna.

Pertama, rububiyyah ‘ammah (ربوبية عامة) atau rububiyyah yang bersifat umum. Rububiyyah jenis pertama ini mencakup semua jenis makhluk, baik yang baik ataupun yang jahat, yang muslim ataupun yang kafir, yang sudah terkena kewajiban syariat (mukallaf) ataupun yang belum, bahkan benda-benda mati seluruhnya juga tercakup di dalamnya.

Maksudnya, Allah-lah satu-satunya yang menciptakan semua makhluk, memberikan mereka rizki, mengatur segala urusan mereka, dan memberikan apa yang mereka butuhkan untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini. Pengaturan dan pemelihraan ini mencakup seluruh makhluk, termasuk orang kafir, tidak ada yang keluar darinya.

Baca Juga: Solusi Masalah Negeri Adalah Mengaji Tauhid? Masak Sih?

Ke dua, rububiyyah khashshah (ربوبية خاصة) atau rububiyyah yang bersifat khusus. Rububiyyah jenis ke dua ini hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang pilihan dan para wali (kekasih)-Nya. Allah Ta’ala memelihara mereka dengan keimanan yang sempurna, memberikan taufik untuk istiqamah di atas keimanan, menyempurnakan mereka dengan akhlak-akhlak yang luhur, menjauhkan mereka dari akhlak-akhlak yang buruk, memudahkan urusan-urusan mereka, dan menjauhkan mereka dari segala kesulitan.

Inti dari rububiyyah khusus adalah Allah Ta’ala memberikan taufik kepada hamba-Nya untuk melaksanakan berbagai amal kebaikan dan menjaga mereka dari kejelekan.

Jika disebutkan kata “rububiyyah” saja dalam Al-Qur’an, maka makna yang diinginkan adalah pengertian pertama (rububiyyah umum). Misalnya firman Allah Ta’ala,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) semesta alam.” (QS. Al-Fatihah [1]: 1)

Dan juga dalam firman Allah Ta’ala,

وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ

“Dan Dia adalah Rabb (Tuhan) segala sesuatu.” (QS. Al-An’am [6]: 164)

Jika kata “rububiyyah” tersebut dikaitkan dengan sesuatu yang Allah Ta’ala cintai dan ridhai, atau disebutkan dalam doa para Nabi dan Rasul, maka makna yang diinginkan adalah rububiyyah jenis yang ke dua. Dalam rububiyyah khusus, sudah tercakup makna rububiyyah umum.

Inilah di antara rahasia mengapa kalimat doa yang dipanjatkan oleh para Nabi dan pengikutnya yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an kebanyakan menyebutkan kata “Rabb” atau “Rabbanaa” (رَبَّنَا) (Wahai Rabb kami). Mengapa demikian? Hal ini karena isi permintaan mereka dalam doa tersebut tercakup dalam rububiyyah khusus.

Misalnya firman Allah Ta’ala,

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ؛ رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ ؛ فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

“Ya Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

Baca Juga: Meraih Kejayaan Islam Dengan Tauhid

Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”

Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 193-195)

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa, “Ya Rabb (Tuhan) kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS. Al-Baqarah [2]: 201)

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, “Wahai Rabb (Tuhan) kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (QS. Al-Kahfi [3]: 10)

Baca Juga:

[Bersambung]

***

@Rumah Lendah, 21 Rabi’ul awwal 1440/ 29 November 2018

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

🔍 Berbusana Muslim Dan Muslimah, Hukum Khilafah, Poligami Menurut Hukum Islam, Hukum Hutang Piutang Menurut Islam, Urutan Pelaksanaan Shalat Jenazah Yang Benar Adalah


Artikel asli: https://muslim.or.id/44003-rububiyyah-dan-ubudiyyah-yang-bersifat-umum-dan-khusus-bag-1.html